Pemerintah mewacanakan akan mengimpor gula. Bila Pemerintah benar-benar memaksakan kebijakannya, akan membuat petani tebu semakin sengsara. Apalagi harga gula impor, lebih murah ketimbang harga gula dalam negeri. Sekarang ini gula rafinasi atau gula impor banyak beredar dipasaran umum. Padahal peruntukkan awal gula rafinasi itu, untuk bahan dasar produksi makanan atau minuman.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Pakis Adji Sudarmadji menjelaskan, peredaran gula rafinasi atau impor secara bebas dipasaran, berdampak terhadap harga gula dalam negeri, yang ujungnya membuat petani tebu kelabakan karena merugi.
“Kemarin petani sangat rugi. Ini pun pengaruh turun produksi karena iklim dan masalah tetes tebu terpengaruh sistem dagang multi nasional,” kata Adji Sudarmadji.
Adji Sudarmadji menambahkan, pemerintah sekarang ini harus menyiapkan regulasi atau aturan yang jelas dan tegas terhadap peruntukkan gula rafinasi atau gula impor. Sehingga peredarannya dipasaran bebas tidak merugikan petani tebu.
“Sesuai aturannya, gula impor harus ada perencanaan. Gula impor lalu itu akan disalurkan untuk produk makanan dan minuman kemana saja selama ini,” tanya Adji Sudarmadji.
Sekarang ini, harga gula ditingkat petani turun drastis hingga Rp 1.100 pergkilogram tahun lalu. Demikian pula dengan harga tetesnya yang hanya Rp. 675 perkilogramnya.
Ketua APTRI PG Pakis Adji Sudarmadji berharap, pemerintah melalui Kementerian Perdagang untuk mengaudit penyaluran gula impor, sehingga jelas penggunaannya, dan tidak beredar di pasaran.
Sumber :
0 comments:
Post a Comment
Monggo diisi komentarnya....@simpang5tv...Matur Nuwun