Seorang suami terpaksa mengedarkan kotak sumbangan untuk mendapatkan tambahan biaya persalinan istrinya di rumah sakit. Karena rumah sakit menolak surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari desa untuk memperoleh keringanan biaya persalinan itu.
Semestinya perasaan bangga bercampur senang ketika pasangan suami istri dikaruniai seorang bayi. Tapi tidak demikian dengan pasangan suami istri miskin seperti Sugeng Widodo (28 tahun), dan Dewi Kurniawati (20 tahun) warga RT 01 RW 01 Desa Sekarjalak Kec Margoyoso ini. Pasangan ini justru mendapat perlakukan yang menyinggung perasaan ketika akan melunasi biaya persalinan.
Sugeng Widodo yang tidak memiliki pekerjaan tetap mengaku, mulanya dia meminta keringanan biaya persalinan istrinya ke pihak rumah sakit. Tapi oleh petugas rumah sakit menolaknya, meski Sugeng telah menyiapkan uang Rp.1juta dan bersedia untuk membayar kekurangannya, agar istri dan anaknya dapat segera pulang.
Sugeng Widodo yang tidak memiliki pekerjaan tetap mengaku, mulanya dia meminta keringanan biaya persalinan istrinya ke pihak rumah sakit. Tapi oleh petugas rumah sakit menolaknya, meski Sugeng telah menyiapkan uang Rp.1juta dan bersedia untuk membayar kekurangannya, agar istri dan anaknya dapat segera pulang.
“Kurangnya delapan ratus ribu rupiah, kemudian saya minta keringanan dari petinggi (Kades, Red) dengan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), kemudian saya kasih disini (rumah sakit), tapi enggak mau menerima. Besok kekurangannya saya carikan tetap enggak mau, malah mereka bilang pokoknya ibu dan anaknya keluar harus lunas,” katanya memelas.
Karena harus melunasi biaya persalinannya itu, Sugeng Widodo yang tergolong miskin ini, terpaksa mengumpulkan uang dengan cara mengedarkan kotak amal bertuliskan “Sumbangan Sukarela Untuk Pengambilan Bayi Di RSUD RAA Suwondo”.
Selain kepada pengunjung Pasar Bulumanis, Sugeng Widodo juga berharap bantuan sumbangan kepada PNS dan wakil rakyat di Gedung DPR Kabupaten Pati, dan pengunjung RSUD RAA Suwondo Pati. Sugeng Widodo ditemani beberapa tetangga yang iba kepadanya, akhirnya menyerahkan seluruh uang yang berhasil dikumpulkannya itu ke petugas di loket pembayaran.
“Semua uang kami terkumpul kami limpahkan untuk melunasi biaya perawatan, dan sisa-sisanya kami hibahkan ke rumah sakit untuk menambah kebutuhan orang-orang yang senasib seperti kami ini. Agar hal ini tidak terulang kembali, biar enggak diulangi,” tuturnya.
Dewi KurniawatiPerlakuan yang menyinggung juga dialami. Seorang petugas rumah sakit, tidak memberinya obat seperti pasien lainnya, karena belum membayar.
“Waktu saya ke WC, ada seorang dokter, katanya saya tidak boleh minum obat karena belum bayar. Pasien lain bantu memberikan saran, malah dimarahi. Mentang-mentang orang gak mampu malah dimarahi,” katanya.
Setelah menyerahkan uang pinjaman dari tetangga, dan uang sumbangan dari masyarakat senilai lebih dari Rp. 1,9juta, akhirnya Sugeng Widodo dapat membawa pulang anak dan istrinya ke rumahnya, dengan menggunakan mobil bak terbuka masyarakat yang iba kepadanya. Istrinya masuk ke RSUD RAA Suwondo untuk persalinan, sejak Senin, 2 Januari lalu. Karena harus melunasi biaya persalinan, dia semestinya pulang sehari setelah melahirkan, terpaksa tertunda sehari hingga Rabu siang, 4 Januari 2012.
Sumber:
http://pasfmpati.com/101/index.php?option=com_content&view=article&id=2944:dipaksa-lunasi-biaya-persalinan-istri-suami-edarkan-kotak-sumbangan&catid=1:latest-news
Karena harus melunasi biaya persalinannya itu, Sugeng Widodo yang tergolong miskin ini, terpaksa mengumpulkan uang dengan cara mengedarkan kotak amal bertuliskan “Sumbangan Sukarela Untuk Pengambilan Bayi Di RSUD RAA Suwondo”.
Selain kepada pengunjung Pasar Bulumanis, Sugeng Widodo juga berharap bantuan sumbangan kepada PNS dan wakil rakyat di Gedung DPR Kabupaten Pati, dan pengunjung RSUD RAA Suwondo Pati. Sugeng Widodo ditemani beberapa tetangga yang iba kepadanya, akhirnya menyerahkan seluruh uang yang berhasil dikumpulkannya itu ke petugas di loket pembayaran.
“Semua uang kami terkumpul kami limpahkan untuk melunasi biaya perawatan, dan sisa-sisanya kami hibahkan ke rumah sakit untuk menambah kebutuhan orang-orang yang senasib seperti kami ini. Agar hal ini tidak terulang kembali, biar enggak diulangi,” tuturnya.
Dewi KurniawatiPerlakuan yang menyinggung juga dialami. Seorang petugas rumah sakit, tidak memberinya obat seperti pasien lainnya, karena belum membayar.
“Waktu saya ke WC, ada seorang dokter, katanya saya tidak boleh minum obat karena belum bayar. Pasien lain bantu memberikan saran, malah dimarahi. Mentang-mentang orang gak mampu malah dimarahi,” katanya.
Setelah menyerahkan uang pinjaman dari tetangga, dan uang sumbangan dari masyarakat senilai lebih dari Rp. 1,9juta, akhirnya Sugeng Widodo dapat membawa pulang anak dan istrinya ke rumahnya, dengan menggunakan mobil bak terbuka masyarakat yang iba kepadanya. Istrinya masuk ke RSUD RAA Suwondo untuk persalinan, sejak Senin, 2 Januari lalu. Karena harus melunasi biaya persalinan, dia semestinya pulang sehari setelah melahirkan, terpaksa tertunda sehari hingga Rabu siang, 4 Januari 2012.
Sumber:
http://pasfmpati.com/101/index.php?option=com_content&view=article&id=2944:dipaksa-lunasi-biaya-persalinan-istri-suami-edarkan-kotak-sumbangan&catid=1:latest-news
0 comments:
Post a Comment
Monggo diisi komentarnya....@simpang5tv...Matur Nuwun